2015/01/26

The Enchanted Milano, Enchant Me (part I)

Went to Milan on the last September 2014, but haven't got any spare time to give reviews about my last trip, so.......shall we?
Yap this is not really a trip 'cause my actual role was to be dad's companion in joining the ESC Congress in Barcelona,  but yeaaa we planned to spare some times to chillin' out around Italy to mesmerize ourself by its charm. After some tiring hours flown to Milan from Jakarta and had transit at Singapore, yap finally arrived!! Aeroport du Milano!!!


Sooner we reached our hotel (forgot its name, sorry to say) then bathed and made ourselves up. And good news was the hotel was somehow near Milan's downtown!!! Was it fascinating?! So's that evening we planned to catch up with one of Milan's favorite destination and so's the symbol of this fashion city, Piazza Duomo. Well it was summer back then so around 4 p.m. sun still shone sooo bright, thankyou shades for protecting the eyes.





Walked around Milan doing evening stroll was super awzuuum!!!! I didn't care how sun shone so bright, It added some happiness indeed :) sucha crowd we found back then, it was holiday season tho'. And I couldn't take my eyes off of the cutie-dutie stores showed the 'SALE' off :(

Uh-oh, I fed the birds also ha-ha-ha


We also paid a visit at its castle named Castello Sforzesco, and so's enjoying ice cream aswell he-he







Then we passed along the exhibiton held next to the castle, the building looking just authetic I adore its triangle-shaped and glass-designed. Sophisticated.




(excuse the tired and oily face)

(view we'd captured from our window room)

2015/01/15

A place to be called as 'Home'

Tau apa sih bocah 19 tahun soal 'Rumah'? Haha silahkan berpikir demikian, tapi saya punya definisi sendiri mengenai 'Rumah' saya.

'Rumah' merupakan suatu tempat yang selalu menimbulkan efek kangen yang maha dahsyat, melebihi efek dahsyat thyrotoxicosis, dimanapun kamu berada, dan seindah apapun tempat kamu berada tersebut.

Mungkin definisi 'Rumah' ini lebih lazim terdengar bagi mereka yang senang berpergian atau bahasa kerennya 'traveller'. Yang lebih sering jauh dari 'Rumah' dan kerap kali merasakan homesick, mungkin dengan masakan sayur asam Mamah yang asamnya pas, tidak seperti yang dicicipi di restoran Y? Ya salah satunya bisa jadi spt itu. Tapi 'rumah' yg saya maksud adalah manusia itu sendiri. Bagaimana bisa manusia menjadi sebuah 'rumah'?
  1. 'Rumah' pertama : mama papa. Rasa nyaman mana lagi yang kau dustakan? Entah saya yg memang anak mami papi atau bagaimana, tapi hal paling menyenangkan yang pernah ada yaitu ada di dekat orangtua, nggak perduli mau disuruh untuk ngerjain ini itu, that feeling when you know your parents are comfortably near to you, definitely the best feeling ever. Atau mungkin karena efek tinggal jauh dari orangtua semenjak SMA yang bikin saya always treasure every moment with them. Setiap minggu nggak absen buat nelfon, setiap mau ujian selalu minta doa restu, telfon mama bercanda canda walaupun pembicaraannya nggak bermutu tapi quality nya over everything dikala bosan. Rasa nyaman dan aman serta sedih setiap kali diantar ke stasiun untuk kembali menuntut ilmu di textbook textbook tebal itu, membuat saya sadar kalau mereka adalah 'rumah'. Tempat saya selalu ingin pulang. Setiap ada kesempatan pulang, sesempit apapun, pasti selalu saya usahakan pulang. Ditambah mama yang selalu nyuruh pulang karena katanya beliau "kangen mbak, pulang aja sini", bahkan sampai nyuruh TA (titip absen, tapi nggak pernah dilakuin kok ^^) karena saya nggak boleh balik disuruh lama lama dirumah, tapi ya rasa dikangenin dan mengangeni itu yang bikin saya sadar kalau ternyata saya punya andil dalam hal 'bikin kangen' di keluarga ini. Sekedar menelepon papah yang mungkin jarang dilakukan oleh anak2 gadis kebanyakan yg lebih sering menelepon mamahnya, denger suara papa yg seneng sewaktu ditelepon even ketika saya minta dijelaskan mengenai proses terjadinya atherosclerosis pada penderita DM, itu yang membuat saya merasa selalu 'belong', yang membuat saya tenang karena tahu mereka akan selalu menjadi 'rumah' saya kemanapun saya melanglang.
  2. 'Rumah' kedua : dua adik saya yang kadang bisa jadi super nyebelin tapi di satu waktu bisa jadi bahan guyonan yang bisa bikin tertawa sampai nangis nangis. Efek jarak mungkin yang membuat kita nggak terlalu suka curhat satu sama lain. Tapi selalu ada perasaan 'butuh' di antara kami bertiga. Ditambah kita semua sama sama perempuan dengan selera yang hampir mirip, dari selera musik sampai warna dan makanan favorit yang membuat kami selalu 'belong to each other'. Bisa saja ada hal biasa yang bisa kami tertawakan bersama-sama padahal ya kalau dilihat orang awam mungkin tidak ada yg lucu, tapi entah karena selera humor kami yang rendah atau kemampuan si yang pertama kali membahas hal tersebut yang tidak lucu menjadi lucu itu yg membuat kami sadar bahwa selera guyon kami sama, sama sama cetek. We're so different yet so alike.
  3. Rumah ketiga : dia. Saya masih heran bagaimana bisa seseorang yang tidak punya ikatan darah dengan kita bisa bikin kamu jatuh cinta sebegitu hebatnya, bisa menginduksi sekresi rasa sayang yang bahkan hampir melebihi threshold/ambang batas seharusnya. Dia yang tidak punya bakat romantis, malah lebih berbakat bikin kesel. Dia yang tidak punya bakat gombal, malah kadang kadang bikin sebal. Dia yang jaraknya terpisah beberapa ratus/hampir ribu kilometer, yang menjalin komunikasi hanya seminggu sekali di akhir minggu, tapi selalu menjadi 'rumah' dari semua peliknya masalah di kampus. Mulai dari pelajaran biosains yang memenuhi kapasitas otak sehingga bernapas saja hampir tidak bisa, hingga berbagi gosip kacangan yang bahkan dia tidak mengerti apa yang saya omongkan. Tapi saya bisa dengan mudahnya menceritakan semuanya, bisa dengan mudahnya tidak berbohong, bisa dengan mudahnya mempercayakan beberapa hal dimana tidak ada yg tahu selain dia. Seseorang yang tidak pernah terbayangkan atau bahkan terlintas sama sekali untuk menjalin hubungan ini sampai hari ini.
  4. Rumah keempat : sahabat. Entah sahabat di kampus yang setiap hari bertatap muka, bertegur sapa dan duduk berdampingan di ruang kuliah, yang belajar bersama semalam sebelum ujian blok, atau sahabat dari SMA yang selalu keep-in-touch terlebih soal gosip terbaru serta tempatnya menostalgiakan cerita-cerita semasa SMA, ataupun teman sejak SD/SMP yang masih suka bertukar like dan love di Instagram ataupun Path. Mereka adalah shelter saya di setiap suasana hati. Tidak pernah absen menceritakan kisah bahagia ketika liburan akhir tahun atau kisah sedih ujian musculoskeletal yang sangat bikin kepengen nikah aja. Bro's before ho's, they've said.
Pada akhirnya di dalam hidup manusia memang tidak pernah terduga sama sekalibagaimana jalan cerita per individu. Sesuai ekspektasikah? Atau malah melenceng jauh sekali? Tapi coba dinikmati saja prosesnya. Mungkin sekarang kamu bisa merasa sebal dengan apa yg dihadapi, ungkin saja 5 taun lagi disaat mengingat masa dimana kamu merasa sebal tersebut, justru malah akan menjadi bahan lelucon yang tidak ada habisnya. Dan saya sangat bersyukur memiliki 'rumah-rumah' yg selalu dapat dijadikan tempat peraduan yang menemani dari hecticnya hari Senin sampai galaunya berpisah dengan hari Minggu.

2014/02/11

XoXo

Who doesn't get familiar with this tagline?


 
Blair!! <3 i="">
 



 


super perfect couple, can't get enaaaf!! <3 :3="" i="">

Here's my latest addiction seeing this Waldorf and Bass thingy which I can't get enough of, and my long holiday is about to die soon, can't bear with that books anymore I'm dyiiiiiiing..............

2014/01/24